Keprihatinan tentang minimnya catatan rinci soal sejarah Bireun ini mendorong Rahmat Asri Sufa untuk menuliskannya dalam sebuah buku. Ketua Forum Mahasiswa Aceh Sumatera Utara (Forma) ini mengatakan, untuk mendapatkan informasi soal Bireun, masyarakat harus menyatukan sendiri potongan-potongan sejarah dari situs yang bertebaran.
"Padahal, yang berkebutuhan akses informasi ini tidak terbatas mahasiswa atau intelektual semata, bisa jadi ahli waris atau masyarakat umum yang membutuhkan informasi dan pengetahuan baru," terang Rahmat yang saat ini menempuh studi di tiga universitas berbeda di Sumatera Utara (Sumut).
Sebagai putra Bireun, Rahmat dibantu seorang rekannya, Sandyatullah, menyatakan telah merampungkan sebuah buku sejarah wilayah itu. Judul bukunya Bireun dalam Lintasan Sejarah. Dia mengaku menggarap buku itu dalam enam bulan.
Rahmat mengaku memasang target buku itu terbit pada Desember 2014. "Saya dedikasikan untuk sekolah maupun universitas yang memiliki perpustakaan," ujar dia. Rahmat mengaku ingin generasi muda tahu betul sejarah Bireun tak hanya berdasarkan sepotong informasi di tiap situs.
Wakil Bupati Bireun, Mukhtar Abda, mengaku bangga dan berterima kasih atas dedikasi dan karya putra Bireun berupa buku sejarah wilayah itu. "Tentunya tidak mudah untuk menulis sebuah buku bila tidak didasari niat untuk mempromosikan daerahnya, apalagi penulis buku ini terhitung berusia muda-muda," ujar dia.
Penulis Bersama Bapak Wakil Bupati Bireuen |
Posting Komentar